Postingan

Breaking News

 Breaking News Tidak seorang juga sampai sekarang ini, menurut amatan saya, ingin mengganti atau cari persamaan kata "breaking news" dengan bahasa Indonesia. Beberapa orang menjelaskan susah mengartikan kata itu dengan bahasa Indonesia, dan beberapa kembali menelannya mentah-mentah karena argumen telah sebagai istilah ciri khas di dunia jurnalistik. Lainnya kembali memakai istilah itu agar terdengarannya kece dan lainnya dan yang lainnya kembali menyengaja memakai istilah Inggris ikuti model. "Kan istilah itu cuma dipakai oleh reporter, tidak pada tempat lainnya," kata mereka. Nahasnya, mereka tidak perduli kata itu dipahami atau mungkin tidak oleh pembaca atau penontonnya. Periode bodohlah, kurang lebih demikianlah kata mereka. Media electronic Metro TV tidak akan ingin mengganti namanya jadi TV Metro, dan karenanya istilah "breaking news" kemungkinan tetap saja bergentayangan di monitor Metro setiap waktu. Dalam Konferensi IX Bahasa Indonesia Internasion

Dominus vobiscum

 Dominus vobiscum Ini orang, manusiakah atau mesinkah? Tubuhnya yang tinggi menurut ukuran reporter di Kantor Informasi Di antara menunjukkan kesan-kesan kurus kerempeng. Kerja tak pernah stop, walau cukup dengan satu tangan. Namanya Zainal Samsuddin, tapi orang panggilnya Encing. Jika berbicara suaranya perlahan dan lembut seperti orang berbisik walau kemungkinan ia sedang geram. Terkadang kita tidak dapat pahami ucapannya dengan sekali dengar. Itu penyebabnya orang disekelilingnya ngomong, sang Encing ini tidak ada perbedaannya dengan Sri Paus Yohanes Paulus II. Encing berbicara perlahan dengan suara serak benar-benar kurang kuat seperti orang terkena parkinson atau penyakit tua. Sejak dahulu ia memang demikian. Jika sebatang rokok terjepit di bibirnya, semakin sulit kita tangkap ucapannya. Tapi yang keluar dalam lubuh hatinya tidak ada lain dari ketulusan untuk lebih memajukan sama-sama reporter. Ia tak pernah berbicara yang kotor-kotor, tak pernah mencemooh, tapi kritikannya benar-

Mudah-mudahan amal ibadahnya diterima Tuhan?

 Mudah-mudahan amal ibadahnya diterima Tuhan? Setiap ada rekan, famili, dan teman dekat wafat, ramailah di milis-milis orang mengucapkan ikut berkabung. Tujuan perkataan berkabung itu pastilah untuk turut besedih hati karena kita tidak pernah kembali bertemu dengan mendiang. Kita berduka karena kenang kembali tindakan amal bagusnya, jasanya, dan begitu cantik beberapa hari saat kita bercengkerama dengan mendiang atau almarhum yang tidak pernah kembali terulang lagi. Perkataan berkabung itu wajarnya selalu dibarengi dengan pengucapan atau kalimat ini: "SEMOGA AMAL IBADAHNYA DITERIMA OLEH ALLAH SWT". Telah berulang-kali ada rekan atau keluarganya wafat, tapi saya tak pernah mengucapkan turut berkabung dalam milis. Saya lebih sukai pergi ke arah tempat atau rumah duka (seandainya ada peluang) untuk melayat sambil berdoa (dalam hati saja) di muka mayat, dan sekaligus mengiring peti mati ke arah tempat tempat tinggal yang paling akhir. Bagian kalimat "SEMOGA AMAL IBADAHNYA DI

Kurban, korban, atau qurban?

 Kurban, korban, atau qurban? Terkadang saya kebingungan saat menerangkan ketidaksamaan kata "kurban" dan "korban"? Waktu belajar dalam SD dahulu, Pak Guru menjelaskan tidak ada perbedaannya ke-2 kata. Sama juga artinya seperti kita menyebutkan "telur" dan "telor". Kenapa ke-2 kata itu sama juga maknanya, kata Pak Guru, karena fonem "u" dan "o" itu sedaerah pelafalan. Menurut saya, Pak Guru saya itu salah besar jika argumennya demikian, karena dalam Gereja Katolik ada istilah "kurban misa" yang saat ini disebutkan misa "ekaristi" atau ibadat misa kudus dengan pembagian roti tidak beragi. Tidak ada istilah "korban misa". Dalam Gereja Protestan tidak ada istilah "kurban misa". Acara ritus mingguan dalam gereja atau di beberapa tempat tertentu umumnya disebutkan "kebaktian rohani". Acara yang sama dengan "tablig besar" dalam agama Islam, dalam Gereja Protestan disebutkan

ILMU PENGETAHUAN

 ILMU PENGETAHUAN Kata berimbuhan "pengetahuan" tentulah mempunyai atau datang dari kata awal TAHU (bukan tempe). Orang jadi tahu karena "dengarkan dan melihat". Suatu hal yang terdengar kita sebutkan terdengaran dan yang dilihat kita sebutkan kesaksian. Karena itu suatu hal yang sudah dijumpai juga kita sebutkan kedapatan. Dari kata awal "dengar" akan turun kata "pendengaran", dan dari kata "saksi" akan turun kata "penyaksian". Karena itu searah dengan itu, dari kata TAHU sebenarnya akan turun juga kata "penahuan". Lalu, darimanakah turunnya kata "peNGetahuan"? Kemungkinan dari "kedapatan". Tapi, dari kata terdengaran tak pernah tercipta kata berimbuhan "peNgedengaran" dan dari kata kesaksian juga tak pernah turun kata "peNGesaksian". Bila saya lakukan pencarian karena itu turunan kalimat tertera di atas sebagai berikut: 1. Dengar --> pendengar --> mendengar(kan) -->