Breaking News

 Breaking News

Tidak seorang juga sampai sekarang ini, menurut amatan saya, ingin mengganti atau cari persamaan kata "breaking news" dengan bahasa Indonesia. Beberapa orang menjelaskan susah mengartikan kata itu dengan bahasa Indonesia, dan beberapa kembali menelannya mentah-mentah karena argumen telah sebagai istilah ciri khas di dunia jurnalistik.


Lainnya kembali memakai istilah itu agar terdengarannya kece dan lainnya dan yang lainnya kembali menyengaja memakai istilah Inggris ikuti model. "Kan istilah itu cuma dipakai oleh reporter, tidak pada tempat lainnya," kata mereka. Nahasnya, mereka tidak perduli kata itu dipahami atau mungkin tidak oleh pembaca atau penontonnya. Periode bodohlah, kurang lebih demikianlah kata mereka. Media electronic Metro TV tidak akan ingin mengganti namanya jadi TV Metro, dan karenanya istilah "breaking news" kemungkinan tetap saja bergentayangan di monitor Metro setiap waktu.


Dalam Konferensi IX Bahasa Indonesia Internasional di Jakarta bulan Oktober lalu, seorang penyaji makalah dari tv ini dengan senang menjelaskan istilah itu digunakan malah untuk meluaskan wacana penontonnya, walau beberapa peserta konferensi pada ketidaktahuan semua dengar penuturannya.


Hari Senin 2 November 2008 lalu dalam milis guyubbahasa@yahoogroups.com, seorang reporter RCTI minta beberapa rekannya anggota milis dan FBMM untuk memberi saran kosakata yang pas untuk gantikan istilah "breaking news" karena tv swasta paling tua itu tidak memakai kembali istilah asing itu.


Ada beberapa istilah yang disebut untuk persamaan kata "breaking news", diantaranya "informasi terkini, informasi terbaru, informasi penting, informasi canggih, informasi terbaru, dan informasi kilat". Pusat Bahasa Departemen Pengajaran tawarkan "informasi celah".


Yang mana pas, belum juga ada opsi, tapi nampaknya "informasi celah" akan diterima. Yang ditujukan dengan "informasi celah" ialah informasi terkini yangdisisipkan pada acara lain yang berjalan . Maka, satu acara (misalkan film sinetron atau diskusi) yang berjalan bisa disetop saat sebuah informasi terkini atau "informasi celah" mendadak ada.


Saya sendiri kurang sepakat dengan istilah "informasi celah" yang disarankan oleh Pusat Bahasa. "Breaking news" sebetulnya tidak lain dari istilah "setop press" yang wajar dipakai dalam media bikin. Yang ditujukan dengan "setop press" ialah perintah untuk hentikan proses pembuatan media massa yang berjalan saat satu kejadian penting mendadak terjadi. Informasi terkini yang dipandang penting tersebut yang selanjutnya disebutkan"setop press".


Saat di tahun 1986 pesawat ulang-alik Challenger mendadak dikabarkan meletus beberapa saat sesudah tinggal landas di Cape Canavral Amerika Serikat, reporter KOMPAS yang bekerja pada larut malam dengan selekasnya memerintah departemen percetakan supaya proses pembuatan media massa itu disetop. Informasi ledakan pesawat Challenger tersebut lantas disisipkan pada halaman depan media massa dan proses pembuatan diulangi kembali ke tiras selanjutnya. Dan, pada esok harinya ada informasi pada halaman pertama dengan code "stoppress".


Istilah itu saat ini hampir tidak kedengar kembali karena media massa itu diciptakan 2x satu hari. Cetakan pertama keluar pagi hari dan diikuti terbitan ke-2 pada jam 10.00 untuk memuat informasi penting yang tidak sempat tersebar pada terbitan pertama.


Di Kantor Informasi Di antara? Informasi "breaking news" itu tidak dikenali saat sebelum tahun 1986 karena penayangan informasi memakai buletin. Mekanisme penayangan dengan memakai mesin telegraf cuma untuk konsumen setia koran saja.


Saat itu istilah "breaking news" cuma digunakan oleh kantor informasi asing khususnya yang populer seperti Reuters (Inggris), AFP (Prancis), UPI (Amerika Serikat). Kantor informasi lain sepeti Kyodo (Jepang, DPA (Jerman), jarang-jarang sekali memakai istilah itu. Kantor informasi Timur tengah seperti IRNA (Iran), dan IINA (International Islamic News Agen) dan kantor beritaa di Asia Tenggara seperti TNA (Thailand), PNA (Filipina), dan Namanya (Malaysia) bahkan juga tak pernah memakai istilah"breaking news".


Ada kurang lebih 40 kantor informasi yang masuk ke Indonesia melalui Kantor Informasi Di antara, terkecuali AP (Associated Press) yang khusus ditayangkan oleh KNI. Semua informasi dari kantor informasi asing itu diterima Di antara dengan memakai mesin telegraf atau mesin telex. Beberapa mesin itu ditaruh di ruangan redaksi lantai 20 Wisma Di antara, berjejer di jendela kaca sisi selatan dari barat ke arah timur sesuai kantor informasi pengirimnya masing-masing. Sampai di akhir tahun 1985 ruangan redaksi kedengar benar-benar ribut karena bunyi pengetikan mesin teleks yang tak pernah stop siang dan malam.


Beberapa mesin yang menerima informasi khususnya dari 3 kantor informasi khusus yaitu Reuters, AFP, dan UPI mengeluarkan bunyi terus tak pernah stop siarkan beragam jenis tipe. Kertas informasi sampai berpuluh-puluh mtr. panjangnya, dan tiap pagi jika dihimpun dapat capai beberapa puluh kg.


Beberapa redaktur internasional Redaksi Inggris saat itu harus terus mengawasi beberapa berita itu setiap waktu kalau-kalau ada informasi yang lebih bernilai mendadak masuk. Beberapa berita yang penting itu umumnya disebutkan "breaking news" karena karakternya "putuskan serangkaian informasi yang tak pernah stop tersebar itu" agar terlebih dulu bisa dibaca di mesin teleks.


Maka "breaking news" sebetulnya memiliki arti informasi penting yang putuskan arus informasi lain yang tersebar. Tapi Kantor Informasi Reuters, UPI dan AFP harus menulis juga kata'''urgent....urgent'''....urgent'''' pada judul informasi agar lebih riil jika tersebut informasi yang terakhir dan benar-benar menekan untuk ditayangkan selekasnya.


Di awal tahun 1986 Kantor Informasi Di antara lakukan cara maju masuk zaman computer, dan beberapa berita yang ditayangkan tak lagi memakai mesin teleks. Di antara memakai mesin computer NEC yang saat itu telah sebagai mesin hebat. Informasi yang dikirimkan oleh wartawan dari lapangan beberapa memakai netbook yang saat itu tetap memakai gagang telepon biasa.


Saat sebelum mengirimi informasi, wartawan lelbih dulu mengontak "Gathering File" (GF) seperti kita menelefon dengan telepon duduk, dan jika ada suara ikat baru gagang telepon itu ditempelkan rapat-rapat pada mesin netbook saat sebelum tombol "send" didesak. Gagang telephone itu harus rapat betul karena jika ada suara bising masuk, pengangkutan dapat tidak berhasil.


Mesin computer itu tidak terima informasi langsung berbentuk huruf karena yang kelihatan di monitor computer hanya nomor-nomor urut informasi yang dikirimkan oleh mesin yang menerima Gathering File itu. Umumnya di muka nomor itu tercatat huruf G0123789 misalkan. Itu juga tidak langsung ke meja sunting karena harus ada petugas di meja sunting "Yang menerima" yang selanjutnya mengirim informasi itu ke meja kepala sunting sesuai tipe informasinya.


Nomor-nomor informasi itu harus dipencet dahulu baru kita ketahui informasi apa dibalik nomor itu. Bila seorang redaktur akan mempersunting informasi itu, ia harus mengirimi kembali nomor-nomor informasi itu ke komputernya masing-masing untuk disunting. Saat sebelum disunting, informasi itu harus juga masuk dulu ke "floppy disk" atau disket karena tidak langsung bisa mempersunting di monitor. Saat ini kemungkinan sama dengan "peruntukan" informasi.


Informasi yang dibikin oleh wartawan atau yang ditranslate dari kantor informasi asing harus dikirimkan ke "supervisor", berbentuk nomor informasi misalkan, D0002345987 (huruf D mendefinisikan jika informasi itu telah disunting dan siap di distribusikan ke konsumen setia). Supervisor harus membaca informasi itu satu kali lagi dan lakukan revisi satu kali lagi, karena dia yang paling bertanggungjawab bila terjadi kekeliruan informasi atau delik jurnalis.


Penayangan informasi melalui computer NEC itu tidak mengenali juga istilah "breaking news". Pengangkutan informasi dilaksanakan bernomor fokus dari angka 1 sampai angkat 7. Pada kondisi normal informasi yang terkirim biasa automatis tersebar dengan fokus 7. Bila informasi itu dipandang penting dan menekan karena itu "supervisor" akan membubuhkan angka fokus 1 supaya informasi itu sampai tercepat, dan di monitor konsumen setia informasi itu akan bisa dibaca dengan code """KILL""".


Informasi yang fokusnya di bawah KILL itu ialah angka 2 yaitu "FLASH" dan yang perlu biasa akan bisa dibaca "URGENT". Rupa-rupanya kata KILL dan URGENT itu telah dilalaikan oleh Di antara, dan sampai saat ini hanya kata "FLASH" itu yang dipakai untuk informasi penting dan menekan. FLASH maknanya KILAT.


Saya berpikir, istilah KILAT tersebut yang cocok atau pas betul untuk gantikan "breaking news" bila "breaking news" itu tidak dapat ditranslate karena argumen tidak ada persamaan yang pas dengan bahasa Indonesia.


Jika demikian, kenapa kita tidak memakai saja istilah "KILAT...."KILAT" sebagai alternatif kata "flash" itu? Dibanding kita harus runduk kalah dan sujud bersembah menghambakan diri pada istilah Inggris "flash" dan salah juga menulisnya jadi "flesh" kenapa tidak kita perbiasakan menulis KILAT saja?


Kantor Pos sudah semenjak jaman Orde Lama memakai kata KILAT untuk beberapa surat yang penting dan harus terlebih dahulu sampai pada penerimanya dimanapun ada. Karenanya, mulai saat ini kita pakai saja istilah "KILAT...KILAT" untuk informasi penting dan menekan, karena saya lebih senang memakai bahasa Indonesia dibanding Inggris atau Arab.


Karenanya "breaking news" yang dibahas di atas lebih pas kita padukan dengan istilah "informasi kilat" karena tidak sekedar menyela informasi lain yang tersebar. "Informasi kilat" memiliki kandungan pemahaman informasi terkini yang karakternya mengagetkan dan mengundang perhatian beberapa orang untuk selekasnya memerhatikan informasi itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ILMU PENGETAHUAN

Dominus vobiscum