Mudah-mudahan amal ibadahnya diterima Tuhan?

 Mudah-mudahan amal ibadahnya diterima Tuhan?

Setiap ada rekan, famili, dan teman dekat wafat, ramailah di milis-milis orang mengucapkan ikut berkabung. Tujuan perkataan berkabung itu pastilah untuk turut besedih hati karena kita tidak pernah kembali bertemu dengan mendiang. Kita berduka karena kenang kembali tindakan amal bagusnya, jasanya, dan begitu cantik beberapa hari saat kita bercengkerama dengan mendiang atau almarhum yang tidak pernah kembali terulang lagi.


Perkataan berkabung itu wajarnya selalu dibarengi dengan pengucapan atau kalimat ini: "SEMOGA AMAL IBADAHNYA DITERIMA OLEH ALLAH SWT".


Telah berulang-kali ada rekan atau keluarganya wafat, tapi saya tak pernah mengucapkan turut berkabung dalam milis. Saya lebih sukai pergi ke arah tempat atau rumah duka (seandainya ada peluang) untuk melayat sambil berdoa (dalam hati saja) di muka mayat, dan sekaligus mengiring peti mati ke arah tempat tempat tinggal yang paling akhir.


Bagian kalimat "SEMOGA AMAL IBADAHNYA DITERIMA OLEH ALLAH SWT" untuk saya berasa sangat benar-benar ganjilnya. Kata "mudah-mudahan" sama dengan "semoga" dan memiliki kandungan pemahaman jika seorang menginginkan suatu hal yang tidak jelas, atau belum pasti diwujudkan.


Frasa "mudah-mudahan diterima Allah SWT" memiliki arti kita menginginkan Tuhan sekiranya terima amal beribadah yang dibuat oleh orang yang wafat itu saat masih hidup. Dengan perkataan "mudah-mudahan" itu seolah-olah ada tersurat pemahaman jika "amal beribadah" yang sudah dibuat manusia saat hidupnya belum pasti diterima Tuhan, dan karenanya kita berdoa supaya Allah SWT menerimanya.


Amal beribadah sebenarnya ialah tindakan baik, dan menurut saya, dan tentulah itu diterima oleh Tuhan, karena amal beribadah tersebut yang diinginkan Tuhan sepanjang manusia hidup di dunia. Sepanjang hidup di dunia manusia disarankan supaya banyak-banyak melakukan perbuatan amal dan terus melaksanakan ibadah. Demikianlah kalimat saran arif dari orang alim ulama yang saya dengar di teve.


Karenanya, saat seorang sudah wafat jadi tidak perlu kita ucapkan "mudah-mudahan amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT"karena Tuhan tentulah akan terima semua tindakan baik yang sudah dilakukan manusia . Maka, apalah fungsinya kita ucapkan doa pengharapan untuk tindakan yang sudah tentu diterimaTuhan? Berlebihan itu. Itu hanya kata basa-basi yang tidak rasional.


Saya coba mengundang perhatian rekan di dekat saya, saat menulis kalimat ini: "TURUT BERDUKACITA SEMOGA DOSA-DOSANYA DIAMPUNI OLEH TUHAN YME". Menurut saya berikut kalimat yang logis untuk ucapkan ikut berkabung ke hadai taulan yang sudah wafat.


Tapi, rekan saya cepat bereaksi dan dengan suara tiinggi menjelaskan"Akh..., kau mengejek temanmu sendiri!" Ia menjelaskan, dengan perkataan itu saya mendakwa rekan sendiri seolah-olah sudah lakukan dosa sepanjang hidupnya.


Ada kebolehan aneh di kelompok oranb beragama, menurut saya, saat doakan orang yang sudah pergi menghadap Tuhan, dan karena ingin menghargai rekan yang telah wafat itu, karena itu yang baik saja yang kita jelaskan di depan Tuhan dan orang yang melayat. Dari karenanya ada salah mengerti "mudah-mudahan amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT".


Tak pernah saya dengar orang ucapkan kisah hidup seorang yang sudah wafat, jika ia pernah berselingkuh dengan bini topiknya sendiri, atau lakukan korupsi dalam periode kedudukannya. Uang negara sudah dikurasnya bermiliar-milar rupiah jumlahnya untuk membuat bertambah dirinya.


Menurut saya, sekalinya seorang pendeta atau pastor wafat, karena itu wajiblah kita mendoa supaya dosa-dosanya diampuni Tuhan. Karena, semuanya orang yang hidup tanpa terkecuali pastilah bedosa. Itu tentu.


Tapi, perkataan "mudah-mudahan amal bagusnya diterima oleh Allah SWT" jangan-jangan sebagai perkataan keragu-raguan , karena orang yang pada periode hidupnya berselingkuh dan berbini sepuluh lalu lakukan korupsi besar juga dilihat oleh beberapa orang sebagai tindakan baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Breaking News

ILMU PENGETAHUAN

Dominus vobiscum